Nama : Risnawati
Kelas : 2PA06
KESEHATAN MENTAL
1. Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa
takut, gelisah, marah, sedih dan senang.
2. Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat
memecahkan masalah tersebut. Lebih menggunakan pemikiran yang matang dalam
menangani setiap permasalah.
3. Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang benar-benar secara fisik terlihat
sehat. Baik dari dalam tubuh ataupun di luar.
4. Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih
besar dan dapat berinteraksi dengan baik.
5. Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan
diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing. Lebih mendekatkan
diri kepada Yang Maha Kuasa.
KESIMPULAN : Kesehatan
merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap manusia dalam dimensi apapun
kesehatan sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku, tingkah laku, dan
tingkah laku.
Erik
H. Erikson
Menurut Erikson,
terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus
kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan
mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson,
krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan
dan peningkatan potensi.
1. Trust
vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Suatu
tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu
rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan
serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan
bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. Ini terjadi
pada usia dari lahir sampai satu tahun. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan
perlindungan yang cukup dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Akan
mempersepsikan dunia ini sebagai tempat yang aman untuk hidup sehingga ia
percaya diri.
2. Autonomy VS shame and doubt. (1-3 tahun).
Tahap
perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan Setelah
memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa
perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan
rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan
cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan. Sering munculnya berbagai
kemauan anak setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh, bayi mulai menemukan
bahwa mereka memiliki kemauan yang berasal dari diri mereka sendiri. Mereka
menegaskan rasa otonomi atau kemandirian mereka. Mereka menyadari kemauan
mereka.
3. Initiative
vs Guilt (4-5 tahun)
Merupakan
tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk
dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak
diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas
perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak
bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul,
bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas. Pada usia
ini anak sudah mulai punya kemampuan motori dan mental yang bagus. Dia juga
sudah mulai mengenal dunia luar. Orang tua yang memberikan kesempatan kepada
anak ntuk bereksplorasi melalui permainan, maka akan mengembangkan inisiatif
dan kreativitas anak. Ketika anak-anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang
lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang lebih
bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.
4. Industry
VS inferiority
Berlangsung
selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias
dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika
anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap
ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
Ketika
anak mulai masuk SD, dia sudah bisa merasakan nilai sebuah prestasi. Orang tua
yang memotivasi anak untuk berprestasi ini akan mengembangkan kapasitas
industri. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode
masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun
sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan intelektual yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak
berkompeten dan tidak produktif.
5. Identity
VS identify confusion
Tahap
kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini
mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke
mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah
penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir
merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak
peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan
peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua
menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan
juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan
mengalami kebingungan identitas. Individu dihadapkan pada temuan siapa mereka,
bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan ke mana mereka menuju dalam
kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan pilihan-pilihan alternatif
terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting.
6. Intimacy
VS isolation
Individu menghadapi tugas perkembangan
pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan
keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tetapi kehilangan diri sendiri pada
diri orang lain.
Tahap
keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda
membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang
lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
7. Generativity
vs Stagnation
Masa
Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation.
Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai
puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas,
kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal
tertentu ia mengalami hambatan. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap
ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah
satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara
sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa
(stagnasi).
8. Integrity
vs despair
Individu
menoleh masa lalu dan mengevaluasi apa yang telah mereka lakukan dalam
kehidupan mereka. Menoleh kembali kemasa lalu dapat bersifat positif (keutuhan)
atau negarif (putus asa). Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir.
Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa
yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik
dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap
selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah
dan kecewa.
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut
tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65
ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity
– despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas
pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik
pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang
mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang
akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan
untuk dapat dicapai.
SIGMUND
FREUD
Teori
perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling
terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Energi
psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang
perilaku. Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia
lima tahun.
1.
Fase Oral
Pada
tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting
untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan
memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung
pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga
mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral. Konflik
utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang
bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud
percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi.
fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau
menggigit kuku.
2.
Fase Anal
Pada
tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut
Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang
tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan
penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil
positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa
pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi
orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif. Namun,
tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan
selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu
seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai
dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang
terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat
berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu
dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu
tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3.
Fase
Phalic
Pada
tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak
juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak
laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu.
Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan
untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum
oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan. Istilah
Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan
yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa
gadis-gadis bukan iri pengalaman penis. Akhirnya, anak menyadari mulai
mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki
orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri
tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku
pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya
baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan
bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa
melahirkan anak-anak.
4.
Fase Latent
Periode
laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan
ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini
sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan
kepercayaan diri.
Freud
menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada
organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian
untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi
teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5.
Fase Genital
Pada
tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual
yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada
kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap
ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus
seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan
keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
Gordon
William Allport
Teori
kepribadian menurut Allport memilih setiap phrasa yang di gunakan dalam
definisinya dengan hati-hati supaya setiap kata dapat menyampaikan dengan tepat
apa yang ingin dikatakannya. Istilah organisasi
yang dinamis mengimplikasikan integrasi atau saling ketertarikan dari
beragam aspek kehidupan. Kepribadian merupakan ssuatu yang terorganisasi dan
terpola. Akan tetapi, organisasi ini kan selalu dapat berubah; sehingga di
gunakan kata “dinamis”. Kepribadian
bukan merupakan organisasi yang statis, namun terus menerus berkembang dan
berubah. Istilah psikofisik menekankan pada pentingnya aspek psikologis
maupun aspek fisik dari kepribadian.
Kata
lain yang digunakan dalam definisi yang mengimplikasiakan tindakan adalah menentukan, yang memberkan gagasan bahwa
“kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu”. Dengan perkataan lain,
kepribadian tidak hanya sekedar topeng yang kita kenakan, ataupun hanya sekedar
perilaku. Kepribadian merujuk pada individu di balik tampilan luarnya, manusia
di balik tindakannya.
Melalui
karakteristik, Allport berharap untuk
mengimplikasikan “individual” atau “khas”. Kata “karakter” semula berarti suatu
tanda atau ukiran, istilah yang memberikan arti terhadap apa yang Allport
maksud dengan “karakteristik”. Semua manusia memberikan tanda atau ukiran khas
mereka pada tiap kepribadian mereka, serta karakteristik perilaku dan pikiran
mereka membuat mereka berbeda dengan yang lainnya. Karakteristik ditandai
dengan ukiran khas atau tanda, agar tidak dapat di publikasikan oleh orang
lain. Kata perilaku dan pikiran merujuk pada apa pun yang
dilakukan oleh orang tersebut. Kedua kata tersebut adalah istilah majemuk yang
dimaksudkan untuk meliputi perilaku internal (pikiran) dan perilaku eksternal,
seperti kata-kata dan tindakan.
Definisi
Allport atas kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah produk dan
proses; manusia mempunyai struktur terorganisasi, sementara pada saat yang
bersamaan, merka memproses kemampuan untuk berubah. Pola hadir bersama dengan
pertumbuhan, sedangkan aturan dengan diversifikasi.
1.
Motivasi
Allport menyakini bahwa
kebanyakan orang termotivasi oleh yang dirasakannya dari pada kejadian-kejadian
yang terjadi pada masa lalu. Serta menyadari apa yang mereka lakukan dan
mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka melakukannya. Allport juga
menyatakan bahwa teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan antara
motif sekunder (peripheral motives) dan
usaha kuat yang bersifat sentral (propriate striving). Motivasi sekunder adalah
motif-motif yang menurunkan kadar
tegangan, sementara usaha kuat yang bersifat sentral adalah untuk mempertahankan kadar tekanan dan kondisi
disekuilibrium. Perilaku orang deawasa bersifat reaktif maupun proaktif,
dan sebuah teori motivasi yang adekuat harus dapat menjelaskan keduanya.
Allport percaya bahwa
teori kepribadian terdahulu yang tidak memperbolehkan adanya suatu kemungkinan
untuk berkembang. Psikoanalisa dan beragam teori belajar pada dasarnya
merupakan teori yang bersifat homeostatis atau reaktif, karena berpandangan
bahwa manusia pada dasarnya termotivasi oleh kebutuhan untuk menurunkan tekanan
dan untuk kembali pada suatu kondisi ekuilibrium.
Allport beranggapan
bahwa teori kepribadian yang adekuat harus memperbolehkan adanya perilaku proaktif. Teori tersebut harus
dapat memahami bahwa manusia bertindak secara sadar dalam lingkungannya, dalam
cara-cara yang mengakomodasi pertumbuhan menuju kesehatan psikologis. Teori
komprehensif tidak hanya memasukkan penjelasan mengenai teori reaktif, namun
harus juga memasukkan teori proaktif yang menekankan pada perubahan dan
pertumbuhan. Dengan perkataan lain, Allport menggagas sesuatu bentuk psikologis
yang pada satu sisi mempelajari pola umum dari perilaku dan hukum-hukum yang
umum (inti pembahasan psikologi tradisional), dan pada sisi lain, mempelajari
pertumbuhan dan individualitas.
Allport berpendirian
bahwa teori mengenai motif yang tidak berubah,, tidak cukup lengkap karena
hanya membatasi pembahasan pada perilaku kreatif. Akan tetapi, pribadi yang
matang tidak hanya termotivasi untuk mencari kesenangan dan mengurangi rasa
sakit, melainkan untuk mendapatkan system-sistem baru dari motivasi yang secara
fungsional tidak bergantung pada motif awal mereka.
2.
POPRIUM
Allport menggunakan istilah poprium untuk merujuk perilaku dan
karakteritik yang dianggap manusia sebagai sesuatu yang penting, sentral, dan
hangat dalam kehidupan mereka. Poprium bukanlah keseluruhan dari kepribadian,
karena banyak dari perilaku dan karakteristik seseorang yang tidak hangat
ataupun sentral, malah berada berada pada bagian perifer kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta:
Kanisius.
Feist, Jess & Gregory J. Feist. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Hall, C. H., & Garden Lindzey. Teori-Teori Psikodiagnostik. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar