Laman

Selasa, 09 April 2013

Nama : Risnawati

      Kelas  : 2PA06
KESEHATAN MENTAL                                                
   1.      Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang.
   2.      Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut. Lebih menggunakan pemikiran yang matang dalam menangani setiap permasalah.
   3.      Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang benar-benar secara fisik terlihat sehat. Baik dari dalam tubuh ataupun di luar.
   4.      Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik.
   5.      Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing. Lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
    KESIMPULAN : Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap manusia dalam dimensi apapun kesehatan sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku, tingkah laku, dan tingkah laku.

Erik H. Erikson
Menurut Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.
   1.      Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. Ini terjadi pada usia dari lahir sampai satu tahun. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perlindungan yang cukup dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Akan mempersepsikan dunia ini sebagai tempat yang aman untuk hidup sehingga ia percaya diri.
   2.       Autonomy VS shame and doubt. (1-3 tahun).
Tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan. Sering munculnya berbagai kemauan anak setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh, bayi mulai menemukan bahwa mereka memiliki kemauan yang berasal dari diri mereka sendiri. Mereka menegaskan rasa otonomi atau kemandirian mereka. Mereka menyadari kemauan mereka.
   3.      Initiative vs Guilt (4-5 tahun)
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas. Pada usia ini anak sudah mulai punya kemampuan motori dan mental yang bagus. Dia juga sudah mulai mengenal dunia luar. Orang tua yang memberikan kesempatan kepada anak ntuk bereksplorasi melalui permainan, maka akan mengembangkan inisiatif dan kreativitas anak. Ketika anak-anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang lebih bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.
   4.      Industry VS inferiority
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
Ketika anak mulai masuk SD, dia sudah bisa merasakan nilai sebuah prestasi. Orang tua yang memotivasi anak untuk berprestasi ini akan mengembangkan kapasitas industri. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
   5.      Identity VS identify confusion
Tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas. Individu dihadapkan pada temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan ke mana mereka menuju dalam kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting.
   6.      Intimacy VS isolation
 Individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tetapi kehilangan diri sendiri pada diri orang lain.
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
   7.      Generativity vs Stagnation
Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
   8.      Integrity vs despair
Individu menoleh masa lalu dan mengevaluasi apa yang telah mereka lakukan dalam kehidupan mereka. Menoleh kembali kemasa lalu dapat bersifat positif (keutuhan) atau negarif (putus asa). Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
 Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.

SIGMUND FREUD
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun.
   1.       Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
   2.       Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif. Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
   3.       Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan. Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis. Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
   4.      Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
   5.      Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

Gordon William Allport
Teori kepribadian menurut Allport memilih setiap phrasa yang di gunakan dalam definisinya dengan hati-hati supaya setiap kata dapat menyampaikan dengan tepat apa yang ingin dikatakannya. Istilah organisasi yang dinamis mengimplikasikan integrasi atau saling ketertarikan dari beragam aspek kehidupan. Kepribadian merupakan ssuatu yang terorganisasi dan terpola. Akan tetapi, organisasi ini kan selalu dapat berubah; sehingga di gunakan kata “dinamis”. Kepribadian bukan merupakan organisasi yang statis, namun terus menerus berkembang dan berubah. Istilah psikofisik  menekankan pada pentingnya aspek psikologis maupun aspek fisik dari kepribadian.
Kata lain yang digunakan dalam definisi yang mengimplikasiakan tindakan adalah menentukan, yang memberkan gagasan bahwa “kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu”. Dengan perkataan lain, kepribadian tidak hanya sekedar topeng yang kita kenakan, ataupun hanya sekedar perilaku. Kepribadian merujuk pada individu di balik tampilan luarnya, manusia di balik tindakannya.
Melalui karakteristik, Allport berharap untuk mengimplikasikan “individual” atau “khas”. Kata “karakter” semula berarti suatu tanda atau ukiran, istilah yang memberikan arti terhadap apa yang Allport maksud dengan “karakteristik”. Semua manusia memberikan tanda atau ukiran khas mereka pada tiap kepribadian mereka, serta karakteristik perilaku dan pikiran mereka membuat mereka berbeda dengan yang lainnya. Karakteristik ditandai dengan ukiran khas atau tanda, agar tidak dapat di publikasikan oleh orang lain. Kata perilaku dan pikiran merujuk pada apa pun yang dilakukan oleh orang tersebut. Kedua kata tersebut adalah istilah majemuk yang dimaksudkan untuk meliputi perilaku internal (pikiran) dan perilaku eksternal, seperti kata-kata dan tindakan.
Definisi Allport atas kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah produk dan proses; manusia mempunyai struktur terorganisasi, sementara pada saat yang bersamaan, merka memproses kemampuan untuk berubah. Pola hadir bersama dengan pertumbuhan, sedangkan aturan dengan diversifikasi.
1.      Motivasi
Allport menyakini bahwa kebanyakan orang termotivasi oleh yang dirasakannya dari pada kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu. Serta menyadari apa yang mereka lakukan dan mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka melakukannya. Allport juga menyatakan bahwa teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan antara motif sekunder (peripheral motives) dan usaha kuat yang bersifat sentral (propriate striving). Motivasi sekunder adalah motif-motif yang menurunkan kadar tegangan, sementara usaha kuat yang bersifat sentral adalah untuk mempertahankan kadar tekanan dan kondisi disekuilibrium. Perilaku orang deawasa bersifat reaktif maupun proaktif, dan sebuah teori motivasi yang adekuat harus dapat menjelaskan keduanya.
Allport percaya bahwa teori kepribadian terdahulu yang tidak memperbolehkan adanya suatu kemungkinan untuk berkembang. Psikoanalisa dan beragam teori belajar pada dasarnya merupakan teori yang bersifat homeostatis atau reaktif,  karena berpandangan bahwa manusia pada dasarnya termotivasi oleh kebutuhan untuk menurunkan tekanan dan untuk kembali pada suatu kondisi ekuilibrium.
Allport beranggapan bahwa teori kepribadian yang adekuat harus memperbolehkan adanya perilaku proaktif. Teori tersebut harus dapat memahami bahwa manusia bertindak secara sadar dalam lingkungannya, dalam cara-cara yang mengakomodasi pertumbuhan menuju kesehatan psikologis. Teori komprehensif tidak hanya memasukkan penjelasan mengenai teori reaktif, namun harus juga memasukkan teori proaktif yang menekankan pada perubahan dan pertumbuhan. Dengan perkataan lain, Allport menggagas sesuatu bentuk psikologis yang pada satu sisi mempelajari pola umum dari perilaku dan hukum-hukum yang umum (inti pembahasan psikologi tradisional), dan pada sisi lain, mempelajari pertumbuhan dan individualitas.
Allport berpendirian bahwa teori mengenai motif yang tidak berubah,, tidak cukup lengkap karena hanya membatasi pembahasan pada perilaku kreatif. Akan tetapi, pribadi yang matang tidak hanya termotivasi untuk mencari kesenangan dan mengurangi rasa sakit, melainkan untuk mendapatkan system-sistem baru dari motivasi yang secara fungsional tidak bergantung pada motif awal mereka.

2.      POPRIUM
Allport menggunakan istilah poprium untuk merujuk perilaku dan karakteritik yang dianggap manusia sebagai sesuatu yang penting, sentral, dan hangat dalam kehidupan mereka. Poprium bukanlah keseluruhan dari kepribadian, karena banyak dari perilaku dan karakteristik seseorang yang tidak hangat ataupun sentral, malah berada berada pada bagian perifer kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Feist, Jess & Gregory J. Feist. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Hall, C. H., & Garden Lindzey. Teori-Teori Psikodiagnostik. Yogyakarta: Kanisius.